TEMPO.CO, Jakarta - Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa PT Garuda Indonesia Tbk memutuskan untuk mengganti Direktur Utama Pahala Mansury yang telah menjabat selama 17 bulan. Pahala digantikan oleh I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra alias Ari Askhara.
Baca: Pahala Nugraha Siap Dicopot Sebagai Dirut Garuda Indonesia
"Sesuai keputusan pemegang saham kami ditunjuk memimpin Garuda mengganti susunan yang lama," ujar Askhara di Garuda City Center, Tangerang, Rabu, 12 September 2018. Ia sebelumnya adalah Direktur Utama Pelindo III sejak 4 Mei 2017. Ia bukan wajah baru di tubuh Garuda. Sebelumnya, ia pernah Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Garuda Indonesia (persero) Tbk.
Askhara mengatakan akan terus berdiskusi dengan direksi lama Garuda Indonesia di era Pahala Mansury guna meningkatkan kinerja perseroan. "Kami ucapkan banyak terimakasih kepada manajemen lama dan kita akan berdiskusi terus. Kami akan memberi yang terbaik bagi Garuda," ujar dia.
Sebelumnya, Pahala Nugraha Mansury menuturkan siap menerima keputusan apapun dari Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang bakal digelar Rabu mendatang. Termasuk jika dia dicopot sebagai dirut Garuda. "Kalau sudah ditugaskan harus siap misalnya diganti," ucap dia di Garuda City Center, Cengkareng, Senin, 10 September 2018.
Jika dicopot sebagai Dirut Garuda, Pahala meminta program dan perencanaan yang sudah dibuat untuk Garuda tidak diganti. Karena permasalahan yang sedang dihadapi Garuda, berbeda dengan maskapai lainnya.
Pahala berujar, biaya operasional Garuda lebih tinggi dari maskapai lain. Sehingga program perencanaan Garuda Indonesia sudah dibuat hingga tahun 2020. "Kami harapkan inisiasi tersebut yang terus jalan," ucap dia.
Pada laporan keuangan semester I 2018, Garuda Indonesia tercatat merugi sebesar US$ 114 juta atau sekitar Rp 1,65 triliun. Nilai tukar rupiah yang terus melemah dan kenaikan harga avtur menjadi salah satu penyebab besar dari kerugian ini.
Namun, kerugian pada Semester I 2018 ini sudah membaik jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2017 yang mencapai US$ 284 juta atau sekitar Rp 4,11 triliun.
Sebelumnya, Pahala menuturkan kerugian ini bisa ditekan karena Garuda Indonesia bisa mencatatkan pertumbuhan sebesar US$ 1,9 miliar atau sekitar 5,9 persen pada pendapatan operasional. Sementara pengeluaran operasional bisa dipertahankan sehingga hanya tumbuh tipis sebesar 0,3 persen atau senilai US$ 2,1 miliar.
Tapi, biaya untuk bahan bakar masih menjadi komponen yang cukup tinggi yaitu sebesar US$ 639,7 juta atau naik 12 persen year-on-year/yoy. Nilai mencapai 30 persen dari seluruh pengeluaran atau naik dari tahun sebelumnya yang baru mencapai US$ 572 juta atau 27 persen.
CAESAR AKBAR | CHITRA PARAMAESTI